some thoughts...

some thoughts...

28.5.13

Salah Jurusan



Barusan, saya menonton acara TV "How Do They Do It" di Discovery.  Kali ini mereka membahas bagaimana wasabi dibuat.


 Disitulah saya tahu bahwa wasabi buat dibuat dari sejenis cabai, melainkan dari sejenis tanaman rambat.  Bentuk tanamannya seperti ubi rambat.  Saya juga baru tahu bahwa yang diambil untuk dibuat wasabi yang kita makan di restoran sushi adalah bagian pangkal batangnya.  Cara membuatnya pun sederhana sekali, cuma digosok-gosokkan secara melingkar di sejenis talenan bepermukaan kasar (yang terbaik katanya terbuat dari kulit hiu).

Respon saya pada suami yang juga ikut menonton, "Ih, mau deh aku punya lahan trus memproduksi kayak gitu!".  Respon yang sama begitu saya menonton bagaimana membuat keju Swiss dan wine.



Intinya, saya tertarik untuk mengelola agrobisnis.

Well...  Sepertinya, dari dulu saya sebenarnya sudah "diletakkan" Tuhan pada tempatnya.  Actually, I took Agronomy major in college.  Keinginan saya tadi sebenarnya bisa diwujudkan kalau saja saya menyadarinya like 8 tahun lalu, misalnya.

Tanpa menyesali dimana saya berada sekarang, saya cuma menyayangkan betapa sia-sia bidang ilmu yang saya timba (walaupun memang nggak ada kata terlambat untuk memulai dan belajar kembali sih...).  Kalaaaau saja saya kuliah dengan motivasi yang tepat...

Dulu, motivasi saya kuliah?  Supaya sukses dan "jadi orang".  Supaya bisa kerja dan bisa cari uang.  Papa menambahkan, "Pilih jurusan yang bisa wirausaha, supaya kamu nggak tergantung kerja sama orang lain!"

Hmmm, nggak ada bayangan buat wirausaha!  Apa sih maksudnya wirausaha?  Waktu itu, nggak pernah ada di benak saya pilihan untuk berbisnis setelah besar nanti!  Yang ada (dan yang normal), kalo udah lulus yaa kerja.  Ngantor!



 
Jadi... pilih jurusan apa yaaa?  Saya mau jadi apa sih?
Maunya sih, saya jadi desainer.  Ketertarikan utama saya sih bidang fashion.  Tapi interior dan arsitek pun sepertinya menarik.  Saya pun mulai mencari dan memilih-milih universitas.  Saya ajukan ke papa.




 
Well, ternyata papa sudah mempersiapkan pilihannya: kedokteran dan pertanian, lengkap dengan pilihan universitasnya! 
HAHHH?!?!?!  Dua-duanya terlintas pun nggak di pikiranku.  Jadi dokter?  Membayangkan sekolahnya lama aja saya udah pengen muntah.  Apalagi jadi petani.  Saya memandang masa depan saya mulai buram.  Literally, blur!  Alias nggak ada gambaran!
  
But Dad ruled!  Pertimbangannya adalah keputusan final.  Mengingat nilai pelajaran biologi saya termasuk yang paling bagus, kedua major tadi dianggapnya memungkinkan untuk wirausaha, universitas pilihannya relatif berbiaya murah; then.. saya pun menghabiskan nyaris 9 tahun mengejar gelar S1 doang!




Papa saya sebenarnya sudah mengarahkan dengan benar.  Hanya saja kurang sedikit memberikan gambaran, mengajarkan soal visi, dan motivasi.  Sayangnya, begitu nyampe di kampus juga, saya nggak pernah diajari tentang visi, tentang aplikasi ilmu bagi kehidupan sehari-hari, tentang manfaat ilmu itu untuk cari nafkah, tentang pengembangan prospek ke depan...


 Semoga pendidikan kita sekarang sudah mengarah ke sana ya, supaya nggak ada lulusan hukum buka toko kue, lulusan kelautan jadi menejer restoran, lulusan peternakan kerja di media, lulusan ekonomi jadi customer service, atau sarjana seni jadi account executive...