Belum 2 bulan aku jadi "istri orang" tapi aku merasakan sudah banyak sekali mendapatkan pengalaman baru. Tapi itu memang salah satu tujuanku sih, pilihan untuk menikah kuambil karena salah satunya adalah ingin 'experiencing' menjadi istri orang dan membangun keluargaku sendiri.
Balik soal pengalaman tadi... nggak kebayang jadinya, gimana perempuan-perempuan yang sudah puluhan tahun mendampingi suaminya ya? Hats off!
Dari caraku menulis, mungkin kesannya aku menderita menjalani pilihan ini. Tapi, nggak kok! I'll try to keep my consciousness that this is the process. And marriage, in my opinion, is about the whole long process. The goal is how happy I am in living the process itself.
Yang pingin aku ceritakan disini sebenarnya tentang penyesuaian.
Aku sudah mengenal suamiku sekitar 12 tahun dengan kualitas kenal luar biasa, paling tidak itulah yang kami, anak-anak sok tahu ini, akui. Kami bahkan menyebut level kedekatan kami dengan "level 42", saking luar biasa dekatnya :D
Tapi, ternyata-eh-ternyata, setelah menikah dan tinggal serumah, O-MY-GOD!
Aku tetap punya masalah untuk menerimanya apa adanya! Leganya, bukan cuma aku, ternyata dia pun mengaku begitu! :)
Untungnya, aku tetap menjaga kesadaranku tadi, sehingga dengan sedikit tarik nafas dalam-dalam sambil menikmati black coffee yang semakin kental atau ngomel-ngomel sendiri di kamar mandi atau curhat ke sahabat dekat; aku pun bisa melihat dari sudut positifnya: it's normal thing! Every married-couple experience that!
Tentang handuk basah di kasur memang aku nggak mengalaminya, tapi bagaimana dengan barang-barang dia yang bisa terus-terusan tersebar dimana-mana walaupun aku selalu menempatkannya kembali dan menunjukkan ke dia bahwa ada spot-spot khusus untuk barang-barang dia? Bagaimana dengan kaus pergi yang masuk ke dalam selimut? Bagaimana dengan TV yang mulai dikuasai? Bagaimana dengan...
Tentang handuk basah di kasur memang aku nggak mengalaminya, tapi bagaimana dengan barang-barang dia yang bisa terus-terusan tersebar dimana-mana walaupun aku selalu menempatkannya kembali dan menunjukkan ke dia bahwa ada spot-spot khusus untuk barang-barang dia? Bagaimana dengan kaus pergi yang masuk ke dalam selimut? Bagaimana dengan TV yang mulai dikuasai? Bagaimana dengan...
Lalu kusadari, ng... cuma itu sih... nggak ada lagi...
Dan ternyata, nggak berat-berat amat masalahnya...
Dan ternyata, nggak berat-berat amat masalahnya...
Terus, kenapa aku ribut banget ya?
Aku bukannya Miranda Kerr, salah satu Victoria's Secret angel favoritnya itu, yang angelicly cantik dan hot-nya sampai rasanya memang boleh complaining about everything, aku nggak jago masak, moody like no other guy could handle, stubborn, bawel, dan... banyak lagi!
Jadilah kemudian aku mengakui, memang nggak perlu over dramatic menghadapi ini. Faktanya, kalau mengutip kata-kata sahabatku, "He and you'll never change. What will happen is compromising".
Compromise! How could I forget that word!
Lalu, pada sebuah kesempatan meneruskan "Persepolis", Marjane Satrapi menyebut, "Marriage requires too many compromises. And I can't do that".
It's again about choices. Bukannya hidup single lebih mudah juga sih, tanya aja sama temen-temen yang di usiaku masih melajang. Indeed, they're not surviving so many compromising but how about some lonely nights, or having no particular person to complain about everything? Been there done that! :p


Yes, I chose this. I should be responsible to it, and I will.
Temenku bilang, "Santai aja. Nanti akan sampai di satu titik dimana kamu nyerah sama egomu dan nggak akan mempermasalahkan hal-hal kecil lagi. Kamu akan nyampe ke situ, but take your time, nggak usah buru-buru. Dinikmati aja", katanya sambil senyum-senyum kurang ajar :D
Temenku bilang, "Santai aja. Nanti akan sampai di satu titik dimana kamu nyerah sama egomu dan nggak akan mempermasalahkan hal-hal kecil lagi. Kamu akan nyampe ke situ, but take your time, nggak usah buru-buru. Dinikmati aja", katanya sambil senyum-senyum kurang ajar :D
Yup. He's my choice. Despite of he's just a regular guy that "jorok", clueless about woman and think simple, if I had a chance to make up my mind, I'd still marry him, simply for his sincere love, caring, letting-me-tobe-myself and limitless understanding.
Besides, of course, I realize that I am also just a regular woman who loves to take care my family.
And he's my family now :)
*jangan sampe dia baca ini, bisa ge-er dia!
Besides, of course, I realize that I am also just a regular woman who loves to take care my family.
And he's my family now :)
*jangan sampe dia baca ini, bisa ge-er dia!