some thoughts...

some thoughts...

11.8.11

Dalam Sebuah Momen Spiritual


Ada pengalaman dari sebuah malam penuh makna di tahun ini, yang baru bisa aku share sekarang. Maaf sebelumnya, aku memang hanya ingin berbagi pengalaman, tanpa maksud apapun. Hopefully, nobody takes it too personally :)

Jadi gini...

Sejak kecil, aku terdidik dengan baik dalam hal keagamaan, sehingga beribadah di malam Nifshu Syaban bukanlah ritual yang asing untuk dilakukan setiap tahunnya menjelang Ramadhan.

Apakah malam Nifshu Syaban itu?

Si Aku Kecil akan menjawab: malam dimana Tuhan membaca "rapor" kita selama setahun, dimana saat itulah kita dianjurkan untuk memohon ampunan-Nya; knowing rapor kita pasti banyakan merahnya daripada birunya.

Ibadah malam itu dilakukan dengan membaca Surat Yasin sebanyak 3x dan membaca doa khusus Nifshu Syaban. Jujur, Si Aku Kecil lebih rajin menjalankan ibadah ini daripada Si Aku Besar. Mungkin karena takut dimarahin mamanya, takut masuk neraka, atau memang karena masih polos aja.

Bertambah umur, Si Aku Besar lebih sering melewatkan momen spesial ini. Entah karena lupa, karena malas, ketiduran, atau... karena "sedang halangan". Yang terakhir sih memang nggak bisa dikatakan alasan yaaa, tapi walaupun begitu, kesan yang tersisa... yaa... melewatkannya. Itu saja.

Tahun demi tahun, Si Aku Besar pun terus tumbuh. Puji Tuhan alhamdulillah, nggak hanya tumbuh bertambah umur, tapi juga (semoga, dengan ijin Allah) termasuk yang diberkati Tuhan untuk berkembang. Kita sebut saja Si Aku Belajar Dewasa :D

Dan seperti biasa, setelah diingatkan berkali-kali di malam-malam sebelumnya oleh Sang Mama, tahun ini Si Aku Belajar Dewasa pun mempersiapkan diri untuk malam spesial itu. Kali ini, she tried to not only do the right thing but more importantly, do the thing right.

Dibacanya Surat Yasin 3x dengan artinya, ayat per ayat. Tak jarang dia harus mengulangi lagi beberapa ayat untuk mencoba memahami firman Tuhan tersebut. Setelah selesai, dibacanya doa Nifshu Syaban. Tentu saja pun, kali ini dengan artinya.

Dan... Masya Allah! Kerongkongkongannya tercekat. Tak kuasa pun untuk menahan airmata sesal. Entah berapa kali sepanjang hidupnya dia membaca doa ini, yang jelas baru kali ini dia tahu artinya yang sangat indah. Betapa dia sudah melewatkan banyak malam penuh berkah dan kesempatan mendapatkan pengampunan. Ini seharusnya bukan sekedar momen spesial! Ini momen spiritual!

Si Aku Belajar Dewasa bersyukur, kedua orang tua mendidiknya dengan sangat disiplin, terutama untuk urusan ritual agama, sehingga dia menjadi dirinya yang sekarang: sedikit tahu tentang kewajiban sebagai hamba Tuhan.

Tapi sayangnya ada yang ketinggalan, yaitu kebiasaan untuk memaknai, sehingga ritual hanya menjadi sebuah ritual. Tak ada alasan logis kenapa Tuhan ingin kita melakukan semua ritual tersebut. Memang agama bukan sesuatu yang harus dilogikakan, tapi manusia kadang butuh alasan logis untuk melakukan sesuatu. Yang dia tahu, Tuhan menciptakan agama sebagai petunjuk hidup, way of life. Tuhan tidak membutuhkan semua ritual tersebut, justru kita yang membutuhkannya untuk membuat kita tetap waras, stay on the track, dalam kehidupan dunia yang semakin menggila tantangan dan cobaannya.

Tak ada sebersitpun Si Aku Belajar Dewasa menyalahkan kedua orangtuanya. Bukan hal gampang menjadi orangtua. Modal yang diberikan beliau dianggapnya sudah lebih dari cukup. Bahwa dirinya sekarang belajar dewasa saja adalah bukti, Sang Papa Mama mendidiknya dengan sangat benar.

Malam Nifshu Syaban. Hanyalah satu dari sekian banyak momen yang diciptakan Tuhan untuk bertemu dengan-Nya. Walaupun, sebenarnya Tuhan bisa ditemui kapan saja, tapi lagi-lagi menurutku, Tuhan sangat memahami kita yang pembosan. Kita yang pelupa. Kita yang suka hal-hal spesial, menganggap yang sifatnya teratur, terpola, terbiasa; jadi hilang gregetnya. Kemudian dilupakan.

Semoga kita selalu termasuk yang diingatkan.

Amin.