
Masih ingat dengan Keluarga Markum?
Aku sendiri nggak. Yang kuingat, itu hanyalah judul sebuah film. Bagaimana ceritanya dan siapa saja yang main, aku sama sekali lupa.
Tapi jangan sedih. Saat ini, semua tanya bisa dijawab oleh Google. Ternyata, film yang ceritanya ditulis Asrul Sani ini adalah semacam sekuel dari film lokal terkenal, Kejarlah Daku Kau Kutangkap. Dan setelah kubaca sinopsisnya, aku jadi tahu, kenapa judul film ini dijadikan semacam istilah yang keluargaku pakai kalau ada 'kekacauan' di dalam keluarga. Kekacauan disini ditulis dengan tanda kutip karena memang kekacauan yang dimaksud sebenarnya jenis kekacauan yang bisa ditertawakan.
Misalnya, waktu tante dan om-ku berantem sampai pisah rumah, tante tetep di rumah mereka, sementara om 'minggat' ke rumah orang tuanya. Tapi lucunya, tiap jam makan siang, si om tetep mampir ke rumahnya untuk makan siang, sambil si tante tetep juga melayani om. Bedanya, mereka nggak saling ngomong. Nah, jadilah setiap ada kesempatan 2 orang atau lebih anggota keluarga berkumpul, kejadian ini selalu dibahas. Biasanya, obrolan selalu ditutup dengan gelak tawa dan closing line, "Dasaar, keluarga Markuuuuum!"
Begitu.
Ternyata, "Keluarga Markum" nggak cuma berlaku untuk keluargaku. Dalam sebuah obrolan BBM di suatu malam, seorang sahabat bilang bahwa dia sudah 1,5 jam berdiam di dalam mobil yang sengaja diparkir di taman kompleks dekat rumah.
"Tadi pas gue nyampe rumah, gue lihat mobil sepupu gue, yang mana pasti dateng sama nyokapnya. Males gue!", jelasnya begitu kutanya kenapa.
"Lho, emang knapa?", tanyaku lagi.
"Maleees! Bude gue kalo nanya kayak interogasi gitu!"
"LOL! Nanya apaan sih, misalnya?"
"Ya biasa, pertanyaan standar: kapan dikenalin calonnya?"
Aku lebih ngakak lagi.
"Mana twitter pake error! Mati gaya deh gue!"
"Udaaaah, masuk aja daripada lo sengsara! Hadapin ajalaaah. Basa basi dikit, trus pamit mandi. Bilang aja abis maen futsal", aku mencoba urun saran.
"Hah, futsal ngejeans gini?"
"Aaah, cueeek! Orang tua nggak kan merhatiin kali!"
"Yeee, lo kaga tau Bude gue! Apa aja bisa dibahas sama dia!"
"Hehehe, gitu ya? Jadi, mau sampe jam brapa lo disitu?"
"Tauk! Coba deh gue lewat lagi, kali aja udah balik dia"
Dan 5 menit kemudian..
"Anjrit, blom balik juga!"
"LOL! Emang dia sengaja nungguin lo kali?"
"Sialan lo!"
Begitu juga cerita dari beberapa sahabat di sebuah sesi curhat tentang kami sebagai generasi terakhir survivors dari pola didik kolot yang ditemurunkan orang tua (walaupun nggak selalu berdampak negatif, banyak orang-orang di lingkunganku merasakan efek salah persepsi dari pola didikan jaman dulu). Tapi, siapa sangka kalau 'derita' masa lalu bisa menjadi bahasan yang sangat menghibur di saat kita dewasa sekarang. Dasaaar, keluarga Markum!
Well, at some point, "Keluarga Markum" adalah salah satu karya film yang sukses memotret fenomena sosial masyarakat kita, yaitu: disfunctional family is the normal one! :)