some thoughts...

some thoughts...

16.9.11

My Own TV Series

Mungkin karena umur, hobiku nonton DVD mulai luntur. Kalo dulu, setiap ada waktu senggang, selalu dihabiskan untuk menyantap DVD, at least koleksi box office. Kalo ada kemewahan waktu, koleksi Cannes (baca: film-film mikir) pun jadi sasaran putar. Bahkan kalau perlu, DVD- marathon! Nggak cukup itu, setelahnya pasti selalu ada waktu untuk me-review dengan teman sesama pecinta film. Berasa pinter deh kalo udah ngebahasin film-film kelasnya trilogi Godfather atau Mystic River.

Sekarang? Kalo pun niaaaaat banget, haruuuuuus banget, cukuplah film-film komedi atau paling berat banget adalah... komedi romantis. Hehehe. Mungkin sekali lagi karena faktor usia. Bukannya karena tua terus males mikir, tapi lebih karena semakin dewasa, urusan pun makin banyak, dan level komplikasinya udah beda juga sama urusan jaman kuliahan toh? (ngeles mode:on, sebenernya ;p). Energi yang tersedia cuma cukup untuk me-review sukses nggaknya struggling and surviving di kehidupan nyata Xp


Jadilah, konsumsi tontonan sehari-hari dicukupkan dengan tayangan TV. Untungnya, semales-malesnya otakku, tetep aja masih nolak tiap dikasih tontonan TV lokal yang brainless, semacam sinetron, berita yang semua isi dan angle-nya negatif atau iklan-iklan nggak mendidik. Untungnya lagi, ada TV kabel yang ngasih kita banyak pilihan tayangan. Jadi turun kelaslah, dari film absurd macam Before Sunset/ After Sunrise ke Grey's Anatomy bahkan Keeping Up With The Kardashian. Xp

Tapi bukan berarti aku nggak pernah kangen having quality time dengan nonton dan me-review sebuah film kelas Oscar dan Cannes lho! Kekangenan itu akhirnya bertemu dengan momen yang pas, waktu aku dikasih kesempatan dipertontonkan sebuah film di suatu sore. Ini dia hasil review-nya...

Film ini belum ada judul. Sebenarnya lebih tepat kalau film ini disebut serial drama TV. Tapi, jangan meremehkan serial drama TV! Tanya deh seberapa besar pengaruh Friends buat anak angkatan 90-an atau Sex And The City buat kebanyakan perempuan.


Serial ini dibintangi aku, pacarku, beberapa teman, beberapa kenalan baru, orang tua, dan banyak lagi. Sebenernya ada juga beberapa selebriti yang jadi cameo, tapi nggak bisa kusebut namanya disini (pentiiing banget ;p) Penulis cerita sekaligus sutradaranya mungkin sudah nggak asing buat kita, tapi sering banget dilupakan: God The Greatest.

Karya ini buatku Maha Kreatif. Gimana nggak, setiap karakter sama kuatnya, sama uniknya, dan punya kisah yang sama spesialnya untuk dijadikan spin off! Bayangin aja berapa banyak uang yang bisa dihasilkan!

Drama seri yang merupakan salah satu film dengan cast paling banyak di dunia ini menambahkan unsur-unsur komedi sampai action sehingga selalu berhasil membuat setiap episodenya menarik untuk ditonton.

Aku baru sadar tentang adanya film ini 2 minggu lalu, waktu aku meeting dengan salah satu talent siaranku. Dia adalah orang yang baru saja kukenal dan bertemu beberapa kali untuk ngomongin kerjaan. Dasar sama-sama pernah siaran dan sama-sama perempuan, baru ketemu beberapa kali aja obrolannya udah kesana kemari. Salah satunya soal relationship, topik yang nggak pernah salah buat para perempuan.

Ajaib! Kami sepakat menggunakan kata itu untuk cerita kami berdua. Bagaimana kami punya kisah relationship yang sama plek ketiplek, bahkan sampai ke nama pasangan kami pun sama dan tempat asal mereka pun sama. Beberapa bagian lainnya dari cerita juga ditemukan perCis sama (persis with "C" biar lebih meyakinkan!).

Gimana bisa, 2 orang yang berbeda dan sebelumnya nggak saling kenal punya cerita dan pengalaman yang hampir sama?! Aku nggak tahu, sepanjang obrolan, berapa kali banyaknya kami berseru, "SAMMMA!"

Ajaibnya, walaupun ceritanya sama, masing-masing cerita ini punya keunikan sendiri-sendiri karena angle dan konflik di dalamnya yang berbeda. Ibaratnya, udah kayak Grey's Anatomy dan Private Practice deh! Kami adalah peran utama sekaligus benang merah dari 2 serial drama ini. Aku-Meredith Grey, dia-Addison Montgomery (atau sebaliknya ya?).


Ihhhhhh, betapa hebatnya karya Tuhan! Betapa Dia Maha Kreatif! Itu baru ceritaku, belum 8 milyar orang lainnya di dunia ini. Kisahnya nggak pernah sama!

Kembali ke "film"-ku, sore itu sempat selama 10 menit aku duduk diam di teras, memikirkan judul yang pas dan apakah kira-kira aku sebagai pemain bisa masuk ke nominasi penghargaan semacam Emmy Awards :D

Oya, gimana denganmu? Merasa membintangi sebuah serial drama juga? ;) Mungkin suatu saat ada kesempatan kita kenal, ketemu, dan mengobrol, yang menjadikan serial kita adalah spin off dari lainnya.

11.8.11

Dalam Sebuah Momen Spiritual


Ada pengalaman dari sebuah malam penuh makna di tahun ini, yang baru bisa aku share sekarang. Maaf sebelumnya, aku memang hanya ingin berbagi pengalaman, tanpa maksud apapun. Hopefully, nobody takes it too personally :)

Jadi gini...

Sejak kecil, aku terdidik dengan baik dalam hal keagamaan, sehingga beribadah di malam Nifshu Syaban bukanlah ritual yang asing untuk dilakukan setiap tahunnya menjelang Ramadhan.

Apakah malam Nifshu Syaban itu?

Si Aku Kecil akan menjawab: malam dimana Tuhan membaca "rapor" kita selama setahun, dimana saat itulah kita dianjurkan untuk memohon ampunan-Nya; knowing rapor kita pasti banyakan merahnya daripada birunya.

Ibadah malam itu dilakukan dengan membaca Surat Yasin sebanyak 3x dan membaca doa khusus Nifshu Syaban. Jujur, Si Aku Kecil lebih rajin menjalankan ibadah ini daripada Si Aku Besar. Mungkin karena takut dimarahin mamanya, takut masuk neraka, atau memang karena masih polos aja.

Bertambah umur, Si Aku Besar lebih sering melewatkan momen spesial ini. Entah karena lupa, karena malas, ketiduran, atau... karena "sedang halangan". Yang terakhir sih memang nggak bisa dikatakan alasan yaaa, tapi walaupun begitu, kesan yang tersisa... yaa... melewatkannya. Itu saja.

Tahun demi tahun, Si Aku Besar pun terus tumbuh. Puji Tuhan alhamdulillah, nggak hanya tumbuh bertambah umur, tapi juga (semoga, dengan ijin Allah) termasuk yang diberkati Tuhan untuk berkembang. Kita sebut saja Si Aku Belajar Dewasa :D

Dan seperti biasa, setelah diingatkan berkali-kali di malam-malam sebelumnya oleh Sang Mama, tahun ini Si Aku Belajar Dewasa pun mempersiapkan diri untuk malam spesial itu. Kali ini, she tried to not only do the right thing but more importantly, do the thing right.

Dibacanya Surat Yasin 3x dengan artinya, ayat per ayat. Tak jarang dia harus mengulangi lagi beberapa ayat untuk mencoba memahami firman Tuhan tersebut. Setelah selesai, dibacanya doa Nifshu Syaban. Tentu saja pun, kali ini dengan artinya.

Dan... Masya Allah! Kerongkongkongannya tercekat. Tak kuasa pun untuk menahan airmata sesal. Entah berapa kali sepanjang hidupnya dia membaca doa ini, yang jelas baru kali ini dia tahu artinya yang sangat indah. Betapa dia sudah melewatkan banyak malam penuh berkah dan kesempatan mendapatkan pengampunan. Ini seharusnya bukan sekedar momen spesial! Ini momen spiritual!

Si Aku Belajar Dewasa bersyukur, kedua orang tua mendidiknya dengan sangat disiplin, terutama untuk urusan ritual agama, sehingga dia menjadi dirinya yang sekarang: sedikit tahu tentang kewajiban sebagai hamba Tuhan.

Tapi sayangnya ada yang ketinggalan, yaitu kebiasaan untuk memaknai, sehingga ritual hanya menjadi sebuah ritual. Tak ada alasan logis kenapa Tuhan ingin kita melakukan semua ritual tersebut. Memang agama bukan sesuatu yang harus dilogikakan, tapi manusia kadang butuh alasan logis untuk melakukan sesuatu. Yang dia tahu, Tuhan menciptakan agama sebagai petunjuk hidup, way of life. Tuhan tidak membutuhkan semua ritual tersebut, justru kita yang membutuhkannya untuk membuat kita tetap waras, stay on the track, dalam kehidupan dunia yang semakin menggila tantangan dan cobaannya.

Tak ada sebersitpun Si Aku Belajar Dewasa menyalahkan kedua orangtuanya. Bukan hal gampang menjadi orangtua. Modal yang diberikan beliau dianggapnya sudah lebih dari cukup. Bahwa dirinya sekarang belajar dewasa saja adalah bukti, Sang Papa Mama mendidiknya dengan sangat benar.

Malam Nifshu Syaban. Hanyalah satu dari sekian banyak momen yang diciptakan Tuhan untuk bertemu dengan-Nya. Walaupun, sebenarnya Tuhan bisa ditemui kapan saja, tapi lagi-lagi menurutku, Tuhan sangat memahami kita yang pembosan. Kita yang pelupa. Kita yang suka hal-hal spesial, menganggap yang sifatnya teratur, terpola, terbiasa; jadi hilang gregetnya. Kemudian dilupakan.

Semoga kita selalu termasuk yang diingatkan.

Amin.


16.7.11

Open Up Your Heart


Kadang kita mengalami masa sulit yang membuat muka berkerut. Kadang di saat itulah anak-anak (walaupun cuma lewat suaranya saja) bisa membuat orang dewasa kembali tersenyum.

Ada sebuah lagu selalu mengingatkan saya pada anak-anak. Termasuk waktu menyiapkan salah satu project yang sasarannya adalah anak-anak, dan saya menggunakan potongan lagu ini sebagai ilustrasi dalam sebuah klip.

"Mommy told me something a little kid should know..."

Pertama kali saya dengar lagu ini dibawakan Frente! Tapi jangan nyari-nyari di album mereka yang cuma dua itu ya, karena track ini ada di album kompilasi Saturday Morning: Cartoon Greatest Hits (1995).

Belakangan kemudian saya tahu, bahwa lagu ini bukan asli milik Frente! Open Up Your Heart (And Let The Sunshine In) ditulis di tahun 1954 oleh seorang RADIO STAR! Stuart Carl Hamblen, seorang radio personality di AS yang juga aktif bermusik, menulis dan kemudian membawakan lagu ini bersama Cowboy Church Sunday School, yang terdiri dari istrinya, Suzy, kedua anak perempuannya, Veeva Suzanne dan Obee Jane (Lisa), dan juga dua orang anak teman Veeva dan Lisa. Lagu ini direkam dengan kecepatan 45rpm sehingga terdengar seperti dinyanyikan oleh anak-anak.


Beberapa cover version lainnya yang sempat dirilis selain versi Frente!, misalnya The Flinstones feat. Pebbles and Bamm Bamm (1965) dan Anne Murray dalam medley dengan salah satu singlenya, You Are The Sunshine.


Tiap-tiap versi punya kesan sendiri. Favorit saya tetep versi Frente!, tentunya! Tapi yang jelas, lagu ini nggak hanya mengingatkan pada anak-anak tapi juga layak dinyanyiin untuk anak-anak karena liriknya.

"So let the sun shine in
Face it with a grin
Smilers never lose
And frowners never win
So let the sun shine in
Face it with a grin
Open up your heart and let the sun shine in"

F...F... Fr... Frente!

Original line up: Angie Hart (vocal), Simon Austin (guitar), Tim O'Connor (bass), Mark Picton (drum)

Rasanya pingin lompat-lompat (yang beberapa detik kemudian aku memang lompat-lompat), waktu dengar kabar Frente! datang ke Jakarta dan main di Java Rockin' Land (JRL)!

Gimana nggak?

Inget kan, masa-masa dimana kita pingin banget jadi personel band?? Di masa itulah aku mendengarkan Frente!

Debut album: Marvin The Album

Lagu pertama yang kudengar dari mereka, apalagi kalau bukan ballad Bizzare Love Triangle dari Marvin The Album (1994) yang kenceng banget diputar di radio dan MTV. Pastinya, juga karena dipas-pasin sama kisah percintaan saat itu dong! (mellow berjamaah dengan jutaan perempuan lainnya di dunia) ;p

The famous clip: Bizzare Love Triangle

Cover version Bizzare (aslinya adalah lagunya New Order, yang punya aransemen sangat beda!) bikin aku jatuh cinta sama musik yang mereka mainkan. They keep it sounds light, walaupun buatku musik mereka cukup dalam, baik dari lirik maupun musikalitas (sok-sok me-review nih, hehe).

Tapi bener kok! Coba aja denger Cuscatlan yang bicara soal perang atau Accidently Kelly Street yang (menurutku) mengingatkan kita untuk enjoy the life and be grateful.

Untuk soal musik, favoritku adalah See/ Believe, dimana mereka terdengar sedikit bluesy.
Buat penyemangat pagi, paling enak dengerin Dangerous. Lagi marah: So Mad. Jatuh cinta? Apalagi kalo bukan Labour of Love!

The 2nd album: Shape, recorded in Spain

Sayangnya Frente! bubar tahun 1996 setelah rilis album Shape. Mana nyari CD-nya susah banget! By the way, walaupun aku kenal album pertama Frente! dari seorang teman di SMA (thank you soooo much, Henny!), seorang teman kuliahlah yang membuatku memiliki albumnya (thank you Rizal!). Tau aku tergila-gila sama band asal Australia ini, Rizal kemudian meminjamkanku album kedua mereka. Mau kupinta kasetnya (yesss, masih dalam bentuk kaset bo! ;p), nggak dibolehin! Yaaa, aku pun maklum sih, mengingat nyari album mereka memang nggak gampang.

So, if you crazy 'bout them as well, don't miss their performance on JRL next week! Let's have a blast from the past and.. singing! :)

See you there!

11.7.11

True Or False Part 2

Lucky is... marrying your best friend.

When Hard Works Meet Love

Penyiar cabutan :D

"Kerja di radio??? Penyiar yaaa??" *respon semua orang dengan nada excited slash sumringah, begitu tahu aku kerja di radio.

Well, nggak disangkal, menjadi penyiar adalah pekerjaan paling prestisius di radio. Gimana nggak, jadi radio star hampir sama kerennya dengan jadi artis! (walopun buat yang nggak beken-beken amat, sering dibilang artis lokal ;p)

Tapi, walaupun karir sebagai penyiar berbelok menjadi orang belakang mic, aku sangat bangga dan puas menjadi seorang radio person. Bener-bener praktisi radio! Dari mulai nulis skrip sampai siaran pun, aku sih hayu! (antara serba bisa sama mure, sebenernya beda tipis ;p)

Memproduksi drama radio, sebagai penulis, director, skaligus cast!
*pengen exist? ;p

Dan, betapa senang riang gembiranya hatiku Rabu lalu (060711), waktu kami diundang ke acara penganugrahan Indonesian Radio Awards 2011. Acaranya benar-benar make me feel at home, mengingatkan kembali kenapa aku jatuh cinta sama dunia radio!

Di sanalah ditampilkan (baca: diperdengarkan) karya-karya extravagant dari para praktisi radio, yang menonjolkan the power of radio: THEATRE OF MIND! Semuanya mengingatkanku pada kerja keras kreatif, yang nggak jarang bikin nggak tidur semalaman. Tapi, begitu denger hasilnya yang kadang cuma berdurasi 60 detik, senyum lebar ear to ear kadang nggak bisa lepas dari settingan muka seharian. Tentunya pun, setelah narsis mendengarkan hasil karya itu berulang-ulang.

The winning team 97,9 FeMale Radio Jakarta
The 1st winner Best Innovation for Radio Program

Apalagi kalau karya itu memenangkan penghargaan sebagai karya terbaik se-Indonesia. Ge-er-nya luar biasa! Walaupun ini kerja tim, tapi justru karena kerja tim, bangganya semakin bukan main!

Me and the award :D

Terima kasih Tuhan, sudah menganugerahkan piala ini lewat panitia Indonesian Radio Awards 2011. Sungguh mengingatkan kembali, kerja keras dan niat baik yang tulus nggak akan pernah percuma.

7.7.11

Wish of Love


This was posted 3 years ago:

Bagaimana aku mau percaya bahwa tersisa satu untuk aku yang bukan orang Padang, bukan orang Sunda, bukan orang Kupang, Batak, Minahasa, Menado, Ambon, bukan orang etnis-etnis yang dihindari orang tua karena mitos-mitos warisan leluhur dan nenek moyang kita yang seorang pelaut (tarik nafas) yang juga bukan beragama A atau beragama B atau beragama C atau beragama D, apalagi beragama F,G,H,I, dst di luar 5 agama yang diakui di Indonesia (tarik nafas) yang juga berusia lebih dari atau sama dengan 30 nda boleh kurang dan juga tidak memiliki kelainan ketertarikan gender dan belum punya istri atau simpanan dan mapan, sayang sama keluarga; dan punya komitmen...
Kriteria orangtuaku banyak...
Kriteriaku cuma yang huruf kecil itu..
Tapi gimana bisa percaya, kalo pria-pria terdekatku saja menunjukkan sebaliknya...

Susah percaya tapi masih coba percaya, ada satu yang tersisa.


Funny, 'cos...
Believe it or not, I met someone who wants nothing but a commitment.

And now, what I want is just..
...
to fall in love.
..

... with you again

True Or False... Or?


TRUE or FALSE?


Gurun terbesar di dunia adalah Gurun Sahara.

Mimpi adalah bunga tidur.

Flats are better than heels.

Menjadi single lebih enak daripada menikah.

Masa indah menikah hanya terjadi di 3 bulan pertama.

Anak mengubah segalanya.

Warna ungu adalah campuran merah dan kuning.

Nggak seharusnya kita meminta (apalagi menuntut) orang berubah. Kalo dia mau berubah, ya harus dari keinginan dia sendiri.

Perempuan nggak perlu mencintai, karena dia bisa belajar mencintai, nggak seperti laki-laki. Makanya, laki-laki haruslah jadi pihak yang jatuh cinta, kalo perlu: cinta mati. Perempuan cintanya akan tumbuh, jadi cukuplah cari pasangan yang memenuhi checklist.

(Ehm, ujung-ujungnya curhat!)

16.6.11

Hakunamatata Me, Please?


I need products that be able to rinse all my unreasonable worries.

24.4.11

What's So Called Home Part 1

For me, it's.. A comfortable window seat!


Me & my morning coffee...


Me+fruit punch+a good book..


At the end of the day, wishing on the same star, with you.

Once Upon A Rainy Afternoon


I love coffee, I love rain
They both smell the same, some kind of earthy
They both bring me to somewhere, the place I love most
The-not-yet-come-home-you

Fly, Me, Fly!


What I want is just flying free
I thought I need you to fly
In fact I have to learn flying with my own broken wings
At least I know, I won't let myself down

21.4.11

Just Judged

Look, even we need a guidance! Can you imagine, how rocky our road is?

Pada suatu hari, dalam sebuah obrolan serius tentang pekerjaan dengan seseorang, tiba-tiba saja dia menyimpulkan, "Ah, nanti kalo kamu SUDAH NIKAH, pasti ngerti..", katanya sambil tersenyum.

Well, sebenarnya aku pun boleh bilang, "Kalo saja sekarang ini kamu belum nikah, pasti ngerti..." untuk setiap "challenge" yang aku hadapi dengan menjadi single.

Tapi tentunya aku nggak membalas begitu, karena masih single adalah pilihanku, instead of menikah tanpa alasan yang benar.

Kalau saja dia tahu, menjadi single bukan tantangan yang mudah. Menjadi single bukan berarti tanpa tanggung jawab, bukan hanya senang-senang dan tak ada masalah serius.

Tapi aku tidak mau repot-repot memberi tahu. Karena sepertinya beban dia sudah cukup berat dengan memilih menikah.

Terlalu Amerika


Lahir dan besar di negara super ajaib ini sebenarnya nggak perlu heran bahwa hal hel hol seperti di bawah ini, adalah sesuatu yang dianggap 'terlalu Amerika'.


Hal: bahwa menikah adalah sebuah pilihan bebas tiap individu yang sudah dewasa (bukan mengaku/ dianggap dewasa), yang mana harus dipertanggungjawabkan. Dengan siapa, kapan dan bagaimana caranya, adalah menjadi bagian di dalam pilihan tersebut.


Hel: bahwa agama adalah 'way of life' dan cara berkomunikasi dengan Tuhan, bukan Tuhan itu sendiri, bukan penggalangan massa, siapa yang paling banyak pengikut, dia yang menang; bukan juga sesuatu yang diturunkan secara genetik, bukan juga penggolongan manusia


Hol: orang yang lebih tua memang patut didengar ucapannya, karena sudah melewati banyak hal lebih dulu dari kita. Tapi mereka juga manusia biasa, bisa juga salah.

27.3.11

Keluarga Markum


Masih ingat dengan Keluarga Markum?

Aku sendiri nggak. Yang kuingat, itu hanyalah judul sebuah film. Bagaimana ceritanya dan siapa saja yang main, aku sama sekali lupa.

Tapi jangan sedih. Saat ini, semua tanya bisa dijawab oleh Google. Ternyata, film yang ceritanya ditulis Asrul Sani ini adalah semacam sekuel dari film lokal terkenal, Kejarlah Daku Kau Kutangkap. Dan setelah kubaca sinopsisnya, aku jadi tahu, kenapa judul film ini dijadikan semacam istilah yang keluargaku pakai kalau ada 'kekacauan' di dalam keluarga. Kekacauan disini ditulis dengan tanda kutip karena memang kekacauan yang dimaksud sebenarnya jenis kekacauan yang bisa ditertawakan.

Misalnya, waktu tante dan om-ku berantem sampai pisah rumah, tante tetep di rumah mereka, sementara om 'minggat' ke rumah orang tuanya. Tapi lucunya, tiap jam makan siang, si om tetep mampir ke rumahnya untuk makan siang, sambil si tante tetep juga melayani om. Bedanya, mereka nggak saling ngomong. Nah, jadilah setiap ada kesempatan 2 orang atau lebih anggota keluarga berkumpul, kejadian ini selalu dibahas. Biasanya, obrolan selalu ditutup dengan gelak tawa dan closing line, "Dasaar, keluarga Markuuuuum!"

Begitu.

Ternyata, "Keluarga Markum" nggak cuma berlaku untuk keluargaku. Dalam sebuah obrolan BBM di suatu malam, seorang sahabat bilang bahwa dia sudah 1,5 jam berdiam di dalam mobil yang sengaja diparkir di taman kompleks dekat rumah.

"Tadi pas gue nyampe rumah, gue lihat mobil sepupu gue, yang mana pasti dateng sama nyokapnya. Males gue!", jelasnya begitu kutanya kenapa.
"Lho, emang knapa?", tanyaku lagi.
"Maleees! Bude gue kalo nanya kayak interogasi gitu!"
"LOL! Nanya apaan sih, misalnya?"
"Ya biasa, pertanyaan standar: kapan dikenalin calonnya?"
Aku lebih ngakak lagi.
"Mana twitter pake error! Mati gaya deh gue!"
"Udaaaah, masuk aja daripada lo sengsara! Hadapin ajalaaah. Basa basi dikit, trus pamit mandi. Bilang aja abis maen futsal", aku mencoba urun saran.
"Hah, futsal ngejeans gini?"
"Aaah, cueeek! Orang tua nggak kan merhatiin kali!"
"Yeee, lo kaga tau Bude gue! Apa aja bisa dibahas sama dia!"
"Hehehe, gitu ya? Jadi, mau sampe jam brapa lo disitu?"
"Tauk! Coba deh gue lewat lagi, kali aja udah balik dia"

Dan 5 menit kemudian..

"Anjrit, blom balik juga!"
"LOL! Emang dia sengaja nungguin lo kali?"
"Sialan lo!"

Begitu juga cerita dari beberapa sahabat di sebuah sesi curhat tentang kami sebagai generasi terakhir survivors dari pola didik kolot yang ditemurunkan orang tua (walaupun nggak selalu berdampak negatif, banyak orang-orang di lingkunganku merasakan efek salah persepsi dari pola didikan jaman dulu). Tapi, siapa sangka kalau 'derita' masa lalu bisa menjadi bahasan yang sangat menghibur di saat kita dewasa sekarang. Dasaaar, keluarga Markum!

Well, at some point, "Keluarga Markum" adalah salah satu karya film yang sukses memotret fenomena sosial masyarakat kita, yaitu: disfunctional family is the normal one! :)

24.3.11

Back to Write!


Senangnyaaa kembali menulis!

Aku adalah orang yang percaya pertanda. Sepertinya Tuhan memang selalu berbaik hati memberikan pertanda sebelum membawa berkah-Nya untukku.
Dalam hal blogging ini, misalnya, adalah waktu salah satu penyiarku minta ijin untuk menjadi moderator di sebuah seminar tentang menulis. Atau waktu membaca salah satu blog komersial dimana perusahaanku bekerja sama dan kemudian menemukan artikel "Menulis untuk Sumber Penghasilan". Atau waktu salah satu partner kami bikin acara berjudul "Be A Living Legacy through Blog".

Kurang apa coba?! :)

Jadi, semoga blog ini juga bagian sebab-akibat dari pertanda membawa berkah.

Ayo, menulis lagi!